Archive for the ‘CurHat’ Category

dia

Posted: September 15, 2011 in CurHat, Tulisanku

hmmm…lambat laun meskipun sangat jarang sekali bertemu face to face, aku mengerti juga bagaimana dia. Moody. Ya dia moody-an banget. Semoga nantinya aku ga kaget dengan kejutan2 lainnya.

Kenapa aku anggap moody? bisa tiba2 dia happy eh,,, tiba2 berubah bad mood yg ga jelas,,, Males aku jadinya.

Ternyata ga mudah menjaga rasa ini. ternyata beginilah ujiannya….pasca khitbah. ternyata benar,,, sebisa mungkin jarak antara khitbah dan akad itu tidak lama alias disegerakan asal bukan tergesa-gesa, dengan tujuan untuk menghindari fitnah. fitnah dengan berbagai macam bentuknya.
Yang aku maknai, fitnah disini artinya ujian. ujian hati. Seorang wanita yang sudah dipinang di satu sisi tidak boleh menerima laki-laki lain, dan di sisi lain sang calon masih belum berstatus “halal” menjadi pasangan hidup. Kalau begitu,,, adab pergaulan dan komunikasi pun tidak ada perubahan, baik sebelum khitbah ataupun stelahnya.
Nah disinilah, banyak orang salah paham, banyak menganggap khitbah itu sudah setengah akad. Padahal, khitbah masih ada kemungkinan batal.
Ya, akhirnya …. aku rasa betapa ujian ini terasa begitu berat. Adab2 untuk menjaga hati, diri dan perasaan dari segala bentuk dosa sebelum terucap ijab kabul tersebut, harus terus diupayakan.
Aku akui, awalnya ini menjadi cukup longgar setelah khitbah itu, komunikasi yang sangat minim, akhirnya menjadi lebih, dan akupun awalnya merasa terganggu, karena dalam konteks yang aku pikir kurang penting. Tapi, ternyata syaitan itu cerdik, dan banyak cara membuat manusia ga sadar dengan kealpaannnya..dibuat buta mata hatinya, di buat merasa benar atas kekeliruannya. Yup, i was been usual with hiz sms, salahnya aku menikmati itu akhirnya.
Padahal, hati kecilku sudah mengingatkan kalo ini salah dan ga seharusnya. Tapi aku selalu berkelit, “ahh….gapapa kan jaarang2 ga setiap hari”, “ahh.. gpp kali, toh kan cuma supaya terjalin komunikasi”, “masa sih sms gitu aja ga boleh, toh kan sebentar lagi jadi, gpp lah..”, dan 1001 macam alasan dan pembelaan lain untuk membenarkan bahwa komunikasi pasca khitbah itu syah2 saja.
Sebenernya, ya memang syah2 saja. Asalkan masih dalam batas n koridor syar’i. Namun kalau sudah melewati batas itu, yang konteks n kontennya sudah kurang penting, kurang nyambung dan bukan membahas hal2 penting seperti persiapan nikah…. apa itu masih dibenarkan??
Sampai2 aku coba cari2 literatur sebagai bahan pendukung bagaimana yg seharusnya beradab dalam komunikasi antara ikhwan akhwat pasca khitbah.
Yup, aku sadar ga seharusnya komunikasi ga penting itu terjalin,,, dan mungkin diamku ini, tak merespon, tak memulai duluan, bisa menjadi bahan introspeksi untuknya, meskipun isi smsnya berupa sms taushiyah.
Lho koq? ya. Coba bayangkan jika teman wanitamu mengirimkan sms taushiyah, dan calon suamimu mengirim sms taushiyah yang sama, pasti akan terasa berbeda kan? Entahlah…perasaan yang tidak dapat dijabarkan dengan kata2,, karena yang mengirimnya adalah seseorang yang akan menjadi orang spesial dalam hidupmu…. mungkin rasa senang, melayang, ge-er dsb,,, yang khawatirnya menjerumuskan kepada dosa… naudzubillah…
Dan waspadalah karena ini salah satu trick syaitan mengelabui manusia untuk mengikuti jalannya yg sesat, tanpa kita sadari.

Astaghfirullahaladziim….
Terimakasih ya Allah…atas pencerahannya.
Jagalah hati2 kami ya Allah…hingga ijab kabul itu terlaksana.
Lindungilah kami dari segala bentuk dosa yang membuat jauuh dari ridha dan keberkahanMu…
Jadikanlah hari2 kami pasca khitbah ini menjadi moment untuk lebih mendekatkan diri ini padaMu Ya Allah….
kUatkanlah hati, pikiran dan diri kami dalam menjalani hari2 di masa penantian ini…
Bukakanlah mata hati kami untuk selalu dapat melakukan yang benar menurutMu ya Allah…
Jauhkanlah kami dari segala macam bentuk nafsu dunia…
Amiin…

Untuk Akhi disana, fashbir shobron jamiila…. bersabarlah dalam keindahan sampai hari itu tiba, sampai semuanya telah benar2 halal dan merubah status kita menjadi pasangan yang diberkahi.
Hingga pada akhirnya nanti setelah kau mengucap ijab kabul sambil berjabat erat dengan ayahku…kau akan mengerti mengapa saat ini aku masih menutup diriku… dan kau akan faham rasa cinta dan sayang karena Allah itu akan menjadi bermakna dan indah pada waktu yang tepat…

Rasanya Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang melelahkan, yang menyita hampir sebagian waktuku dengan urusan pekerjaan kantor melulu. Mungkin harus benar2 bisa mengatur waktu dengan baik, supaya Ramadhan ini berakhir dengan kemenengan bukan penyesalan.
Sabtu kemarin subuh2 aku sudah terburu2 mengejar travel ke Bandung untuk menjadi narasumber alias pembicara disalah satu acara yang dihadiri oleh para audience dengan latarbelakang yang unik. aku anggap unik, karena mereka berbeda dari peserta yang pernah aku hadapi. baru kali ini aku begitu tegang, nervous, surprised, ga PD dan lain2nya….. ya…semua bersumber dari perasaan negatif yang berkembang menjadi pikiran negatif hingga akhirnya menarik sekelilingku hingga aku tak bisa memungkiri energi negatif itu mengikatku hingga aku sebegitu dagdigdugnya.
Baru kali ini, dan memang ini pengalaman pertama buatku, melakukan presentasi yang kali ini bukan sebagai trainer atau instruktur atau widyaiswara, tapi lebih seperti memberikan sosialisasi atau penyuluhan dengan peserta yang usianya jauh berlipat2 diatasku, dan mantapnya lagi mereka aktif sekali bertanya hal2 yang sering kali menyerang saking terbukanya pikiran mereka, seakan2 bersikap antisipasi dengan pemerintah.
Materi yang kubawa sebenernya ngga berat. lebih sederhana dari materi yang biasanya aku bawa. Tapi yang bikin aku tegang, adalah mereka terdiri dari penyuluh, pemilik gudang, kepala tani, dll nya yang notabene sebagai praktisi ketimbang akademisi. Yang maunya terlihat serba praktis and cepet. Untungnya yang di cecer org banK, dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan keuangan, keuntungan, dan serba-serbi antara fakta dari mereka dan teori dari para narasumber. Meski begitu bukan berarti aku yang memaparkan mengenai mutu bebas dari ceceran, tapi apa yang disampaikan bapak2 tersebut khusus buatku, yang mereka panggil aku dengan sebutan “neng”, jadi masukan yang berharga untuk perbaikan di tahun2 mendatang.
Sempet down, karena makalahku aku nilai kurang bagus jika dibandingkan dengan pemapar yang lain, mereka semua bapak2 yang gagah2, dan jam terbang tinggi pasti. berbicara sambil berdiri di depan. sedang aku, yang biasanya aku pun klo ngajar bisa dengan PD kemana2, tapi kemarin, aku bener2 ga ada nyali. Nyaliku ciut, karena dari awal udah negatif. alhasil aku kecewa dengan performaku kemarin.
Tapi, meski demikian, aku banyak belajar. belajar dimana titik2 kekurangan dari segi slide presentasi, materi yang representatif dengan tema acara dan informasi penting bagi audience, sikap and performance thd audience dengan latar belakang “begitu unik”,,, dll
aku harap tahun depan, acara tersebut dapat terselenggara lagi sehingga ketika aku diinstruksikan bos lagi untuk menjadi narasumber, aku tau apa yang harus aku lakukan sebaik2nya. ngga seperti kemarin, mendadak kamis dapat disposisi, sabtu acaranya. Padahal harusnya bosku….
tapi sungguh banyak pelajaran…… gapapa… meski malu di awal, tapi aku cukup puas dengan tanggapanku yg aku pikir “nendang”.
Ya… akhir kata, ditengah2 puasa,, yg sampe lemes banget, alhamdulillah…. meski sedikit berantakan, 70% puas lah karena pelajaran yg ku dapat sabtu kemarin.
Ya, inilah proses belajar sebenernya.
Eits….ada hal2 yang juga bikin nyaliku ciut. entah ini perasaan natau dugaanku saja atw ngga, entahlah. yaitu ketika aku merasa seperti anak bawang, karena mereka memanggilku eneng, dan menanyakan aku, sudah berapa tahun di #### ? Waduh, mentang2 cewe sendiri, paling muda, dia pikir aku ini ngga ada apa2nya kali….
No problemlah, itung2 dapat pengalaman, dan belajar mmeski sempat hati ketar-ketir n dianggep underestimate.
akhirnya aku kembali pulang dengan travel cipaganti dari Bandung Trade centre ke Jakarta….. dan besok pagi2 buta,, harus kembali lagi ke bandung untuk selama 4 hari mengikuti training.
Bismillah……semoga sehat n tambah pinter… dan bisa jadi manfaat buat orang banyak.
Akhirnya aku cuma mau bilang, ternyata:
*Berpresentasi itu tidak melulu untuk kebutuhan belajar mengajar seperti yang selama ini aku lakoni. Jadi tutor tidak sama dengan narasumber/pembicara.
*Perasaan n pikiran positif itu penting diterapkan dimana saja kita berada, dan kepada siapa saja kita berhadapan. Mau usia muda, seumuran atau lebih tua. Entah itu praktisi, akademisi, pejabat, aktivis, tukang demo, tukang kritik, siapapun dia,,, tetap misi kita satu…. memberikan manfaat buat mereka dari segala informasi yang kita paparkan. So, ga perlu melihat siapa orang dihadapan kita, tapi melakukan terbaik agar mereka merasakan manfaat dari apa yang kita paparkan.
You can, if you think you can!

hari esok….>>

Posted: Juli 27, 2011 in CurHat, JuSt sHaRin9

mataku bengkak seperti kemasukan benda asing. Asing…. sebenernya dia hanyalah orang asing bagiku. bagiku hari ini indah yang harus disyukuri. Syukur pada Allah yang telah memberi kesempatan padaku untuk menikmati hari ini. Ini keajaiban dari ALLAH. Allah yang telah mengizinkan aku bertemu dengannya hingga saat itu tiba. Tibalah hari yang berbahagia itu kan menjelang. Jelang november ceria ku nanti. Nanti dan kini kusiapkan bekal menuju hidup bahagia bersamanya. bersamanya meraih mimpi dan cita keluarga sakinah mawaddah warahmah. Amiin ya Rabb….

Ini doa yang kupanjatkan saat usiaku bertambah lagi 1 tahun di tahun 2o1o kemarin. Doa yang ku tulis di laptop dan coba ku share di blog, sebagai pengingat…….

Ya Allah………Hari ini usiaku genap 26 tahun. Usia yg sudah melebihi seperempaat abad. Aku bersyukur dan sungguh berterimakasih pada mu Rabb…………atas segala limpahan nikmat dan karuniaMu pada ku. NIkmat Iman dan islam,nikmat kasih dan sayang Mu, nikmat sehat, nikmat kesempatan hidup untuk memperbaiki hidup yang terus terhitung mundur menuju alam akhirat yg abadi. Nikmat pekerjaan yg dengannya aku bisa berkontribusi. Nikmat kesempurnaan fisik tanpa ada cacat sedikitpun. Nikmat haus akan ibadah hanya kepada Mu. Dan nikmat lainnya yang tak terhitung dan tak terjabari satu persatu. Terimaksih Allah yang Maha Penyayang dan Maha Kaya. Ya Rabb…….bolehkah aku mengutarakan satu hal. Satu hal di hari lahir ini yang aku harap sangat. Aku ingin Rabb merasakan satu nikmat yg belum aku rasakan. Bolehkah aku pinta padaMu Rabb yang Maha Kaya, penguasa langit dan bumi??? Sungguh mungkin itu perkara sederhana bagiMu Rabb, namun merupakan rahmat bagiku. Satu saja Rabb….. Aku Ingin Menikah. Ingin sekali Rabb…… Menggenapkan setengah dien ini. Agar jiwa ini tenang. Menundukkan pandangan ini agar terjaga kehormatan. Mengikuti sunnah RasulMu agar aku masuk ke dalam golongan Mu. Itu saja Rabb…satu pintaku padaMu di hari lahir ini.

****
Alhamdulillah, kini….. tinggal menunggu hari H yang berbahagia itu tiba. Terima kasih Ya Allah……..

Bersyukurlah atas segala pengalaman yang terjadi dalam hidupmu, baik suka maupun duka, karena dengan itulah kamu bisa menjadi seperti sekarang ini….

Yah, harusnya emang bersyukur. Tapi sekarang rasanya hati ini lagi meluap-luap akan kesedihan dan kekecewaan pada orang yang mengeluh saja…. Kenapa sih yang diliatnya hanya masalah saja. Kenapa koq sepertinya ga ada tulus2nya. Kenapa 4 bulan itu dianggap singkat dan mendadak, bagaimana klo lebih cepat dari itu. Betul2 bibirku kelu, ga bisa membela diri…

Andai saja bisa kuatur sendiri urusan ini, aku jalani saja sendiri, tanpa harus mendengar keluh kesahnya yang seakan-akan jadi beban. Lelaaaaah………..

atau mungkin perasaanku yang terlalu sensitif? Pada siapa aku minta bantuan untuk bisa bantuku sibuk ini itu?

Kalau sudah begini aku jadi teringat mama…. mamaku…(sambil nangis)
Tapi aku tidak mau berandai2….
Tapi…aku sekarang lagi merasa butuh, butuh ketulusan hatiseseorang untuk membantuku tanpa keluh kesah

Salam sayang buat mama yang damai di dekapNya

Nikah itu Ibadah, Nikah itu sunnah rasul, Nikah itu sehat, Terutama Nikah itu untuk memparoleh ridho and berkah dari Allah SWT dalam proses membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah dengan keturunan yang sholeh dan sholehah….

Tapi, kenapa sekarang nikah itu jadi dipersulit yah? dipersulit oleh keadaan dan tuntutan ini itu. Biaya gedung yang mahal, pelaminan, catering, photo studio, busana pengantin, dll. Sebenernya sih “dipersulit” atau ngganya tergantung orang-orang yang berkepentingan. klo ngga mau ngerasa dipersulit, ya dibikin mudah aja. tapi mau cari yg mudah, ada aja masalahnya yang pada akhirnya berujung dengan mempersulit diri sendiri. Sampai sini setengah paham setengah ga mudeng juga. Semuanya mungkin karena tradisi, pandangan masyarakat, prestis, gengsi, dll………

padahal no.1 itu adalah niat. Niat yang lurus dalam rangka mendapatkan ridho allah SWT. Bukan niat supaya keren, mewah, hebat, kaya, menawan, dsb…yang intinya berujung pada pandangan dan pemikiran khalayak ramai. TApi ya ga salah juga sih, klo emang mampu mebayar segitu tanpa menyulitkan diri tanpa mengorbankan hak2 anggota keluarga yang lain, syah2 aja. Hanya saja 1 hal, cenderung MUBAZIR… yang menjauhkan diri kita dari Ridha Allah SWT… Apalagi klo keluar duit sampe 100juta hanya untuk nikah sehari,, aku geleng2 kepala ga habis pikir. (100 juta itu pengalaman sepupu2ku, malah mereka lebih dari 100).

Padahal Ridha Allah itu mudah jalannya tapi sulit implementasinya. Sulit karena terkait dengan keikhlasan dan niat tadi yang terkadang terkelabui oleh syaitan. Klo hanya ingin Ridha Allah, akad nikah ijab kabul + resepsi sederhana=cukup, tapi secukup2nya juga butuh duit lebih dari 20 juta rupiah, menurut teman yang nikah 2009 dan sudah dihemat2in dan sesederhana mungkin. weleh…weleh…

Aku cuma mikir duit 100juta buat nikah yang acaranya hany 1 atau 2 hari, lalu adik2ku sekolah mau bayar pake apa??? Jangansampai aku “menzalimi” mereka, mengambil yang harusnya menjadi hak mereka.

Klo mau sederhana, orang pikir …”apa kata orang?” huuh, kenapa ga diganti cara berpikirnya, klo mubbazir bermewah-mewah, “apa kata Allah?” mungkinkah Allah memberikan keberkahannya pada kita di awal proses ibadah ini?

Ya Rabb…. Luruskanlah niat kami
Ya Rabb…. Mudahkanlah urusan kami
Ya Rabb…. Satukanlah hati-hati kami ke dalam tali pernikahan suci yang sedang kami ikhtiarkan..
Ya Rabb…. Jauhkanlah kami dari hal2 yang membbuatMu tidak Ridha…
Amiin Ya Rabbal a’lamiin

*Akuygternyatabarunyadarklomaunikahitubanyaksekaliurusanduniawinya”

Alhamdulillahirabbilalamiin…….. Ya Allah terimakasih telah kau mantapkan hatinya untuk mengkhitbahku, dan telah kau mantapkan hatiku untuk menerimanya. Jagalah masing-masing hati kami sampai akad itu tiba, sampai perjanjian berat itu terucap dalam ijab kabul antara dia dan ayahku. Ya Allah lancarkanlah proses ini menuju pernikahan suci yang islami membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah. Amiin..

Salam sayang dariku padamu yang jauh di mata entah di mana. Rasanya rindu sekali aku ingin bertemu. Bercengkerama, berbicara dari hati ke hati, hidup bersama dalam suka dan duka. Aku ingin menumpahkan segala curahan hatiku, berbagi rasa padamu, menjalin kasih sayang bersama dalam ikatan keluarga yang penuh berkah illahi.

Namun sabar sayang…, sabar… mungkin Allah sedang menguji kesabaran, keimanan dan ketakwaan kita. Pasti, pasti… saat itu kan datang. Saat yang dinanti itu kan tiba. Hingga masanya nanti, saat Allah meridhai ikatan suci antara kita. Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran segala urusan kita berdua. Semoga Allah memantapkan hatimu untuk datang mengkhitbahku dan memantapkan hatiku untuk menerimamu apa adanya lillahi ta’ala. Tanpa ada keraguan sedikitpun.

Insya Allah saat bahagia itu tak akan lama lagi. Saat kau ucap ijab kabul sambil berjabat erat dengan ayahku…. disitulah saat perjanjian berat terangkum singkat penuh harap. Saat itulah para malaikat mendoakan kita dengan senandung ayat-ayat cinta Nya, doa-doa dari semua kerabat berkumandang syahdu hingga langit ke tujuh. Sabar wahai kekasih hati, yakinlah,, dengan yakin sepenuh hati hanya kepada Nya, Insya allah…. Meski hingga saat ini tak sekalipun kita bersua, aku dan kau tak pernah tau satu sama lain, tapi pasti Allah akan mempertemukan kita berdua dalam naungan cinta dan kasih sayang Nya.

Rabbana hablana min azwaajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqinnaa imammaa. Amiin Ya Rabb…..

^^

100% isihatimanusiagorengtepungsausambalmerahmerona

Bulan ini bulan yang penuh dengan keletihan. Bagaimana tidak, pekerjaan di kantor seakan ga ada habis2nya. selesai ini, lalu itu begitu seterusnya. 24 jam rasanya tak cukup. peekrjaan yang satu sedang diselesaikan, bos sudah menyuruh pekerjaan lain lagi. Rasanya ga bisa nafas, seperti kejepit dengan rutinitas.

Aku jadi berpikir, pekerjaan yang ga ada stopnya setiap hari dari senin sampai minggu ketemu senin lagi ga ada liburnya meski di rumah, seakan merampas hak jiwa raga dan pikiran untuk istirahat sesaat.

Pikiran ini, otak ini mau ga mau mayoritas dipenuhi dengan urusan kantor yang ga kelar2. (berharap ini cuma sesaat, dalam rangka assesment)

Aku merenung sejenak dalam ketergesaanku merampungkan tugas2 kantor yang tak terkejar singkat. Apa yang aku kejar dalam hidup ini kalau kehidupan yang aku jalani malah seperti membudakiku untuk bekerja, bekerja dan hanya bekerja saja? Dimana Hak istirahat, sosialisasi, liqo dengan teman2, ibadah yang khusyu, baca qur’an, merenung, dsb dalam rangka keseimbangan hidup ???? Kerja ini untuk apa? Apa yang aku cari? Tujuan aku hidup untuk apa? Apa hanya untuk pekerjaan yang kini menyita dan menguras segenap jiwa raga, tenaga dan pikiran ?

Mungkin aku harus lebih pandai mengatur waktu, agar aku tidak seterjepit ini. agar aku tidak diperbudak pekerjaan dan waktu yang mengejar-ngejar.

Dan pekerjaan hanyalah alat, fasilitator atau “kendaraan” dalam rangka kebahagiaan dunia dan akhirat. Pekerjaan itu amal ibadah, karena itu dalam bekerja pun hendaknya sebanyak apapun pekerjaan, ibadah wajib tetap dilaksanakan sebaik dan sekhusyu mungkin tidak terburu2, ibadah sunnah pun hendaknya tak pernah absen. Pekerjaan itu sebagai bentuk aktualisasi diri, jadi bersyukurlah……..dengan apa yang bisa aku kerjakan sekarang, dengan segala yang orang lain percayakan pada ku untuk  menyelesaikan pekerjaan ini dan itu. dan lagi janganlah mengeluh, seletih apapun………

Bukan uang, pangkat, jabatan, yang aku cari tapi prestasi dari setiap detik yang terlewati. Prestasi akan ilmu dan kontribusi terbaik di dunia yang sesaat ini, sebagai ladang amal tuk kampung Akhirat yang kekal dan abadi kelak.