Rasanya Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan yang melelahkan, yang menyita hampir sebagian waktuku dengan urusan pekerjaan kantor melulu. Mungkin harus benar2 bisa mengatur waktu dengan baik, supaya Ramadhan ini berakhir dengan kemenengan bukan penyesalan.
Sabtu kemarin subuh2 aku sudah terburu2 mengejar travel ke Bandung untuk menjadi narasumber alias pembicara disalah satu acara yang dihadiri oleh para audience dengan latarbelakang yang unik. aku anggap unik, karena mereka berbeda dari peserta yang pernah aku hadapi. baru kali ini aku begitu tegang, nervous, surprised, ga PD dan lain2nya….. ya…semua bersumber dari perasaan negatif yang berkembang menjadi pikiran negatif hingga akhirnya menarik sekelilingku hingga aku tak bisa memungkiri energi negatif itu mengikatku hingga aku sebegitu dagdigdugnya.
Baru kali ini, dan memang ini pengalaman pertama buatku, melakukan presentasi yang kali ini bukan sebagai trainer atau instruktur atau widyaiswara, tapi lebih seperti memberikan sosialisasi atau penyuluhan dengan peserta yang usianya jauh berlipat2 diatasku, dan mantapnya lagi mereka aktif sekali bertanya hal2 yang sering kali menyerang saking terbukanya pikiran mereka, seakan2 bersikap antisipasi dengan pemerintah.
Materi yang kubawa sebenernya ngga berat. lebih sederhana dari materi yang biasanya aku bawa. Tapi yang bikin aku tegang, adalah mereka terdiri dari penyuluh, pemilik gudang, kepala tani, dll nya yang notabene sebagai praktisi ketimbang akademisi. Yang maunya terlihat serba praktis and cepet. Untungnya yang di cecer org banK, dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan keuangan, keuntungan, dan serba-serbi antara fakta dari mereka dan teori dari para narasumber. Meski begitu bukan berarti aku yang memaparkan mengenai mutu bebas dari ceceran, tapi apa yang disampaikan bapak2 tersebut khusus buatku, yang mereka panggil aku dengan sebutan “neng”, jadi masukan yang berharga untuk perbaikan di tahun2 mendatang.
Sempet down, karena makalahku aku nilai kurang bagus jika dibandingkan dengan pemapar yang lain, mereka semua bapak2 yang gagah2, dan jam terbang tinggi pasti. berbicara sambil berdiri di depan. sedang aku, yang biasanya aku pun klo ngajar bisa dengan PD kemana2, tapi kemarin, aku bener2 ga ada nyali. Nyaliku ciut, karena dari awal udah negatif. alhasil aku kecewa dengan performaku kemarin.
Tapi, meski demikian, aku banyak belajar. belajar dimana titik2 kekurangan dari segi slide presentasi, materi yang representatif dengan tema acara dan informasi penting bagi audience, sikap and performance thd audience dengan latar belakang “begitu unik”,,, dll
aku harap tahun depan, acara tersebut dapat terselenggara lagi sehingga ketika aku diinstruksikan bos lagi untuk menjadi narasumber, aku tau apa yang harus aku lakukan sebaik2nya. ngga seperti kemarin, mendadak kamis dapat disposisi, sabtu acaranya. Padahal harusnya bosku….
tapi sungguh banyak pelajaran…… gapapa… meski malu di awal, tapi aku cukup puas dengan tanggapanku yg aku pikir “nendang”.
Ya… akhir kata, ditengah2 puasa,, yg sampe lemes banget, alhamdulillah…. meski sedikit berantakan, 70% puas lah karena pelajaran yg ku dapat sabtu kemarin.
Ya, inilah proses belajar sebenernya.
Eits….ada hal2 yang juga bikin nyaliku ciut. entah ini perasaan natau dugaanku saja atw ngga, entahlah. yaitu ketika aku merasa seperti anak bawang, karena mereka memanggilku eneng, dan menanyakan aku, sudah berapa tahun di #### ? Waduh, mentang2 cewe sendiri, paling muda, dia pikir aku ini ngga ada apa2nya kali….
No problemlah, itung2 dapat pengalaman, dan belajar mmeski sempat hati ketar-ketir n dianggep underestimate.
akhirnya aku kembali pulang dengan travel cipaganti dari Bandung Trade centre ke Jakarta….. dan besok pagi2 buta,, harus kembali lagi ke bandung untuk selama 4 hari mengikuti training.
Bismillah……semoga sehat n tambah pinter… dan bisa jadi manfaat buat orang banyak.
Akhirnya aku cuma mau bilang, ternyata:
*Berpresentasi itu tidak melulu untuk kebutuhan belajar mengajar seperti yang selama ini aku lakoni. Jadi tutor tidak sama dengan narasumber/pembicara.
*Perasaan n pikiran positif itu penting diterapkan dimana saja kita berada, dan kepada siapa saja kita berhadapan. Mau usia muda, seumuran atau lebih tua. Entah itu praktisi, akademisi, pejabat, aktivis, tukang demo, tukang kritik, siapapun dia,,, tetap misi kita satu…. memberikan manfaat buat mereka dari segala informasi yang kita paparkan. So, ga perlu melihat siapa orang dihadapan kita, tapi melakukan terbaik agar mereka merasakan manfaat dari apa yang kita paparkan.
You can, if you think you can!